|
Nilai adalah suatu konsep yang
berada dalam pikiran manusia yang sifatnya terselubung dan tidak empiris. Nilai
pada dasarnya adalh standar perilaku,ukuran yang menentukan atau kriteria yang
disebut layak,dan standar ini akan mewarnai perilaku seseorang. Douglas Graham
(Gulo, 2002) melihat empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang
terhadap nilai tertentu, yaitu
- Normativist (biasanya kepatuhan pada norma hukum) dibagi
dalam tiga bentuk yaitu
- Kepatuhan
pada nilai atau norma itu sendiri
- Kepatuhan
pada proses tanpa mempedulikan norma itu sendiri
- Kepatuhan
pada hasilnya atau tujuan yang diharapkandari peraturan itu
- Integralist, kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran
dengan petimbangan yang rasional
- Fenomenalist, kepatuhan berdasarkan suara hati atau
sekedar basa-basi
- Hedonist, kepatuhan berdasarkan kepentingan diri
sendiri
Jenis-jenis kepatuhan:
- Otoritarian,
kepatuhan tanpa ikut-ikutan
- Conformist
- Conformist
directed,penyesuaian diri terhadap orang lain
- Conformist
hedonist,kepatuhan yang berorientasi pada “untung-rugi”
- Conformist
integral,kepatuhan yang menyesuaikan kepentingan diri sendiri dengan
kepentingan masyarakat
- Compulsive
deviant, kepatuhan yang tidak konsistent
- Hedonik
psikopatik, kepatuhan pada kekayaan tanpa memperhitungkan orang lain
- Supramoralist,kepatuhan
karena keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral
Pendidikan nilai bagi anak
sangatlah penting pada era global ini karea akan muncul berbagai pilhan nilai
yang mungkin dianggap baik sehingga nilai-nili yang ada dalammasyarakat akan
luntur dan hilang. Nilai-nilai bagi seseorang tidaklah statis,setiap orang
menganggap nilsiitu baik menurut pandangannya saat itu yang seharusnya bisa
dibina dan diarahkan. Komitmen terhadap suatu nilai akan memengaruhi
pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Gulo (2005) menyimpulkan tentang
nilai sebagai berikut :
- Nilai
tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya
- Pengembangan
domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan
psikomotorik
- Masalah
nilai adalah masalah emosional karena itu dapat berubah,berkembang
sehingga bisa dibina
- Perkembangn
nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melaui tahap tertentu
Sikap adalah kecenderungan
seesorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik atau tidak baik.sikap merupakan suatu kemampuanm internal
seseorang dalam mengambil tindakan dengan adanya kemungkinan atau alternatif.
Penilaian dan sikap terhadap suau objek juga ditentukan oleh pemahaman
(kognitf) da kemampuan bertindak (psikomotorik) terhadap suatu objek tersebut.
Pola Pembentukan Sikap
1. Pola pembiasaan
Perubahan sikap dari seseorang
bisa disebabkan oleh kebiasaan (conditoning),
yang menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap suatu objek. Dalam proses
pembelajaran di sekaolah baik secara disadari ataupun tidak, guru dapat
menanamkan sikap tertentu melalui proses pembiasaan. Belajar membentuk sikap
melalui pembiasaan juga dilakukan oleh Skinner melaui torinya operant conditioning.
Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan
respons anak dengan memberikan penguatan.
2. Modeling
Pembelajaran sikap seseorang
juga dapat dilakukan melalui proses modeling (pembentukan sikap melalui proses
asimilasi atau mencontoh). Salah satu karakteristi anak didik yang sedang
berkembang adalah keingnannya untuk meniru (imitasi).
Hal yang ditiru merupakan perilaku yang diperagakan oleh orang yang
diidolakannya. Proses ini biasanya disebut dengan Modeling. Permodelan biasanya dimulai dengan rasa kagum atau rasa
hormat,akan tetapi dalamproses ini anak didik perlu untuk diberi pemahaman yang
bertujuan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar disadari oleh suatu
keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
Model Pembelajaran Sikap
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan
beberapa model pembelajaran afektif yang
populer dan banyak digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Model
Konsiderasi
Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan sibuk mengurusi dirinya sendiri.
Melaluipenggunaan model konsiderasi
(consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan
orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara
harmonis dengan orang lain.
Langkah-langkah
pembelajaran konsiderasi :
- menghadapkan siswa pada situasi
yang mengandung konsiderasi
- meminta siswa
menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang
tersembunyi berkenaan dengan perasaan,
kebutuhan dan kepentingan orang
lain
- siswa menuliskan responsnya masing-masing
- siswa menganalisis respons
siswa lain
- mengajak
siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya
- meminta
siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
2. Model
Pembentukan Rasional
Dalam kehidupannya,
orang berpegang pada
nilai-nilai sebagai standar bagi
segala aktivitasnya. Nilai-nilai
ini ada yang
tersembunyi, dan ada
pula yang dapat dinyatakan
secara eksplisit. Nilai
juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada
yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building model)
bertujuan mengembangkan kematangan
pemikiran tentang nilai-nilai.
Langkah-langkah
pembelajaran rasional :
- menigidentifikasi
situasi dimana ada ketidakserasian
atau penyimpangan tindakan
- menghimpun
informasi tambahan
- menganalisis
situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atu ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam masyarakat
- mencari
alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya
- mengambil
keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuen-ketentuan legal
dalam masyarakat.
3.
Klarifikasi Nilai
Setiap orang memiliki sejumlah
nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau tidak. Klarifikasi nilai
(value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau
proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan
menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan,
agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan
merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah
pembelajaran klasifikasi nilai
- pemilihan:
para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan
kebaikan dan akibat-akibatnya
- mengharagai
pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas
pilihannya
- berbuat:
siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya
pada hal lainnya.
4.
Pengembangan Moral Kognitif
Perkembangan moral manusia
berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang yang
berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca
konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan
mempertimbangkan nilai moral
secara kognitif.
Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif :
- menghadapkan
siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan
nilai
- siswa diminta
memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu
- siswa diminta
mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya
- siswa
didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik
- siswa
menerapkan tindakan dalam segi lain.
5. Model
Nondirektif
Para siswa memiliki potensi
dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung
dalam suasana permisif dan kondusif.
Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan
sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa.
Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa
mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah
pembelajaran nondirekif :
- menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi
bebas
- pengungkapan
siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang
dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi
- pengembangan
pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan
- perencanaan
dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi
- integrasi,
siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan
positif.
Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Dalam pembelajran ini ada beberapa kesulitan yang
biasanya dihadapi yaitu sebagai berikut:
- Selama
proses pendidikan kurikulumyang berlaku cenderung untuk pengembangan aspek
intelektualnya
- Sulitnya
melakukan kontrol karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan sikap anak didik
- Keberhasilan
pembentukan sikap tidak dievaluasi dengan segera
- Pengaruh
kemajuan teknologi,khususnya teknologi anformasi yang menyuguhkan berbagai
acarayang berdampak pada pembentukan sikap anak didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar