Konsep Dasar Pembelajaran PAKEM
PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran PAKEM merupakan sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam
untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar
sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif. PAKEM diterapkan dilatarbelakangi oleh kenyataan
bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi
para peserta didik sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi
peserta didik.
Konsep dari pembelajaran PAKEM adalah
- Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya,
bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan.
Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi
yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya
dan orang lain.
- Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa.
- Efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
- Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Apabila dalam
pelaksanaan pembelajaran ini salah satu dari konsep yang ada tidak terpenuhi,
proses tersebut tidak akan berhasil tercapai. Dalam hal lain bisa dikatakan
proses pembelajaran tersebut akan terlihat seperti bermain biasa.
Ciri-ciri atau karakteristik PAKEM adalah :
- Pembelajarannya
mengaktifkan peserta didik
- Mendorong
kreativitas peserta didik dan guru
- Pembelajarannya
efektif
- Pembelajarannya
menyenangkan utamanya bagi peserta didik
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai
berikut:
1. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan
cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa.
2. Guru mengatur kelas dengan memajang
buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
4. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Implementasi Pembelajaran PAKEM
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat
dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam
pembelajaran PAKEM terdapat empat prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
proses pembelajarannya yaitu sebagai berikut
- Mengalami
atau Eksplorasi : siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera
mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara. Peserta
didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
- Komunikasi
: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan
peserta didik (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan
guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi
role-play)
- Interaksi:
kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah (siswa
berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media,
referensi, lingkungan dsb)
- Refkesi:
kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa
yang telah dilakukan (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa
yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
Dalam penerapannya di dalam pengajaran sebaiknya guru perlu untuk
memperhatikan hal-hal yang mendukung keberhasilan pembelajran PAKEM. adapun hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapannya yaitu :
- Memahami sifat yang
dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki
sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi.. Kedua sifat tersebut merupakan modal
dasar bagi berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur
bagi berkembangnya kedua sifat tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru
memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang,
dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan.
- Mengenal anak secara
perorangan
Para siswa berasal dari
lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran
ini, perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
- Memanfaatkan perilaku
anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak
sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain.
Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan
tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok
sehingga memudahkan mereka untuk menelesaikan tugas dan saling bertukar pikiran
serta berinteraksi. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara
perorangan agar bakat individunya berkembang.
4.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah
memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal
dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan
sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka.
- Mengembangkan ruang kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik
merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil
pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Ruang kelas yang penuh dengan
pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru
dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah.
- Memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial,
atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek
kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering
membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan
tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang
kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera),
mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat
tulisan, dan membuat gambar/diagram.
- Memberikan umpan balik
yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan
meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru
kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan
balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu,
cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru
harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
- Membedakan antara aktif
fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa
puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi
jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.
Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang
lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena
itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang
datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut
sangat bertentangan dengan ‘PAKEM’
Peran Guru dalam Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Proses
belajar dapat dikatakan active learning
dengan mengandung :
- Komitmen
(Keterlekatan pada tugas)
Berarti, materi, metode dan
strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa (meaningful), sesuai dengan
kebutuhan siswa (relevant) dan bersifat pribadi (personal)
- Tanggung
jawab (Responsibility)
Merupakan suatu proses belajar
yang memberi wewenang pada siswa untuk krtitis, guru lebih banyak mendengar
daripada bicara, menghormat ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri
- Motivasi
Motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik, dengan lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan,
minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain.
Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar
yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa (Student centred approach),
guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api
yang menerangi sekelilingnya, dan bersikap positif kepada siswa.
Active learning bisa dibangun
oleh seorang guru yang gembira, tekun dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang
bijak, berpikir positif, terbuka pada ide baru
dan saran dari siswa atau orang tuanya/masyarakat, tiap hari energinya
untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, seorang pendengar yang
baik, memahami kebutuhan siswa secara individual, dan mengikuti perkembangan
pengetahuan.
Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif
adalah kemampuan untuk
menciptakan,
mengimajinasikan, melakukan
inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan
adanya keaslian dan hal yang baru.
Dibentuk melalui suatu
proses yang baru.
Memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk
mesimulasikan imajinasi.
Kreatifitas adalah
sebagai kemampuan (berdasarkan
data dan informasi
yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
yang menekankan pada
segi kuantitas, ketergantungan dan
keragaman jawaban dan menerapkannya
dalam pemecahan masalah.
Kirton (1976) membedakan ciri
kepribadian kreatif kedalam dua gaya
berfikir : Adaptors dan innovators. Kedua gaya tersebut merupakan pendekatan
dalam mengahadapi perubahan. Adaptors
mencoba membuat sesuatu lebih baik, menggunakannya, ada yang menggunakan
metode, nilai, kebijakan, dan prosedur.
Mereka percaya pada standard dan
konsesus yang diterima sebagai petunjuk dalam pengembangan dan
implementasi ide-ide baru. Sedangkan innovators suka
merekonstruksi masalah, berpikir .
Mencermati pandangan pertama,
yang mengartikan kreativitas sebagai kemampuan, maka yang dimaksud kemampuan
di sini adalah
kemampuan menggunakan gagasan-gagasan atau
ide-ide yang dilandasi oleh
fakta dan informasi
yang akurat dalam
memecahkan atau mengatasi
suatu masalah, dengan demikian
kreativitas dalam pengertian
kemampuan hanya mencakup
dimensi kognitif. Ciri-ciri kreativitas
tersebut belum sepenuhnya
menjadi tolok ukur
seseorang dapat disebut kreatif.
Ciri lain yang
harus dikembangkan yaitu
ciri afektif menyangkut
sikap dan perasaan seseorang,
antara lain motivasi untuk berbuat sesuatu.
Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana
diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling
tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan
dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:
- Memahami
potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan
kecenderungan bakat dan minat mereka,
- Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan,
- Menghargai
potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide
serta gagasan mereka,
- Mendorong
siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan
penghargaan atas prestasi mereka,
- Mengakui
pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan
lain berikutnya.
- Menggunakan
kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan
dengan realitas dan kehidupan nyata.
- Memuji
keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas
gaya belajar individu siswa,
- Mendorong
dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam
proyek-proyek pembelajaran mandiri,
- Menyatakan
kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya
sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
- Menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam
usaha meyakinkan minat belajar siswa,
- Mendorong
terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan
diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning)
pada siswa.
- Memberikan
tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah
pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.
Pengelolaan Kelas PAKEM
Seting kelas yang konstruktif didasarkan
pada nilai-nilai konstruktif dalam proses belajar, termasuk kolaborasi, otonomi
individu, refleksi, relevansi pribadi dan pluralisme. Seting kelas yang
konstruktif akan memberikan kesempatan aktif belajar. Mengacu pada pendekatan
holistik dalam pendidikan, seting kelas konstruktif merefleksikan asumsi bahwa
proses pengetahuan dan pemahaman akuisisi adalah benar-benar melekat pada
konteks sosial dan emosional saat belajar. Karakteristik seting kelas
konstruktif untuk belajar adalah terkondisikannya belajar secara umum,
instruksi, dan belajar bersama.
Lima metode kunci untuk merancang seting
kelas yang konstruktif (Hadi Mustofa, 1998)
yaitu;
- melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan
mengembangkan otonomi dan kontrol pemelajar, mendorong pengaturan diri dan
membuat instruksi secara pribadi yang relevan dengan pemelajar
- menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi
pribadi
- mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas
belajar
- mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah
laku yang memungkinkan pemelajar meningkatkan tanggung jawab dalam
belajarnya
- mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan
Penataan dan atau pengelolaan kelas dalam
PAKEM perlu mempertimbangkan enam elemen Constructivist Learning Design
(CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon and Collay, yaitu situation, groupings,
bridge, questions, exhibit, and reflections.
- Situation,
terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang akan
dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa keluar ruangan kelas, bagaimana
mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan
kepada siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as
a process of solving problems, answering question, creating metaphors, making
decisions, drawing conclusions, or setting goals).
- Grouping, dapat
dilakukan berdasarkan karakteristik siswa atau didasarkan pada
karakteristik materi.
- Bridge, terkait
dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan
yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan
dibangun siswa.
- Question,
pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain (panduan
pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan
membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk
menengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar siswa.
- Exhibit,
bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui demonstrasi
cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas.
- Reflections, bagaimana siswa melakukan refleksi
dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang (feeling,
images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep
yang akan dibawa siswa setelah keluar kelas.
Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran PAKEM
Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model
Pakem adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan
atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
dikuasai dan dicapai. Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk :
- Menilai Kemampuan Individual melalui
tugas tertentu
- Menentukan kebutuhan pembelajaran
- Membantu dan mendorong siswa
- Membantu dan mendorong guru untuk
mengajar yang lebih baik
- Menentukan strategi pembelajaran
- Akuntabilitas lembaga
- Meningkatkan kualitas pendidikan
Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan,
tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan
dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan
portofolio. Dalam pembelajaran, dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini
seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau
bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar